Jumat, 21 Desember 2012

" KIAT BAGI PENDERITA GULA DARAH "


Jum'at, 21 Desember 2012

Kiat bagi Penderita Gula Darah


Glukosa darah (gula darah) yang rendah dikenal sebagai hipoglikemia (glukosa darah < 60 mg/dl). Penyebab dari hipoglikemia adalah apabila Anda mengonsumsi obat penurun gula darah golongan sulfonilurea atau menggunakan insulin dan kemudian melakukan sejumlah aktivitas.

Antara lain terlambat makan atau tidak makan, makan dengan karbohidrat (roti, nasi, kentang) yang kurang, latihan jasmani yang terlalu keras dan terlalu lama. Selain itu, melakukan aktivitas dalam keadaan sakit dan mengonsumsi minuman berkadar alkohol saat perut kosong. Serta, menggunakan dosis obat ataupun insulin terlalu banyak.

Apa saja gejalanya?

Ada beberapa gejala penderita hipoglikemia, di antaranya:

-Gelisah dan gemetar
-Mual
-Lapar
-Berkeringat
-Cemas dan bingung
-Mata kabur, sulit bicara
-Lemah, mengantuk, sulit berpikir
-Penurunan kesadaran, kejang, koma, dan hipotermia (suhu badan rendah) pada hipoglikemia berat

Bagaimana penanganannya?

Makan dan minum sesuatu yang mengandung paling sedikit 15 g karbohidrat, di antaranya:
-Minumlah teh manis dengan dua sendok makan gula pasir (bukan gula diet)
-Kunyalah 3-4 buah permen yang terbuat dari gula
-Makanlah tiga buah krekers
-Minum setengah gelas jus buah

Bila waktu makan masih lebih dari satu jam lagi, makanlah cemilan yang mengandung karbohidrat dan protein seperti dua lembar roti dan keju atau segelas susu khusus diabetes

Melakukan pemeriksaan glukosa darah bila Anda memiliki alat pengukur glukosa darah

Dan bagaimana pencegahannya?

-Ikuti pola makan sesuai dengan diet diabetes yang sudah direncanakan sebelumnya
-Konsumsi obat sesuai dosis dan waktu yang telah ditentukan
-Konsultasikan pada dokter apabila terdapat peningkatan aktivitas sehari-hari atau bepergian jauh
-Hindari minum-minuman keras dengan perut kosong

Orang lanjut usia akan lebih mudah mengalami hipoglikemia bila tidak makan atau bila fungsi hati dan ginjal terganggu. Bila terjadi hipoglikemia, hentikan sementara pemakaian obat ataupun insulin Anda. Selanjutnya konsultasikan ke dokter Anda.(ANS)
- 10 September 2009

Sumber :
dr Tri Rejeki Herdiana
http://kesehatan.liputan6.com/berita/200909/243662/Kiat.bagi.Penderita.Gula.Darah
17 September 2009

Sumber Gambar:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgke6x7YQao7NrS0WnQorfkwx962Ib-ye-j4nWlXJAxGv0ODpQIWzlwtROI2p3ZsbzI5sHG4Jltx_aHhUaDH5DjjKgCelTfyy3h9BbmJbtZi59P79moNOZWhUGwdyMzCR3WmcPNP-c9BHM/s320/Test.jpg

Kontrol Gula Darah, Hindari Impotensi!

Menurut data dari sebuah perusahaan obat, 58% pria penderita diabetes di Amerika mengalami gangguan ereksi. Data lain menyebutkan, pria penderita diabetes akan mengalami gangguan ereksi 10 sampai 15 tahun lebih cepat dibanding pria tanpa diabetes. Ada juga yang mengatakan bahwa pria dengan diabetes memiliki resiko 2 sampai 5 kali lipat untuk terkena disfungsi ereksi.

Di Indonesia jumlah penderita DM terus meningkat dari tahun ke tahun hingga diperkirakan mencapai tujuh juta pasien pada tahun 2020 atau 1,5 persen sampai dua persen dari masyarakat. Masyarakat di kota besar kemungkinan terkena DM lebih besar daripada di pedesaan. Ini akibat gaya hidup modern seperti kurang gerak atau berolahraga, banyak mengonsumsi makanan berkolestrol dan berkadar lemak tinggi.

Apa Yang Terjadi?

Kita mulai dengan apa yang disebut Impotensi atau disfungsi ereksi itu. Disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan untuk memperoleh ataupun mempertahankan ereksi dalam waktu relatif lama untuk mendapatkan kenikmatan saat berhubungan seks. Jadi bukan hanya sebatas ketidakmampuan ereksi sama sekali saja tetapi waktu ereksi yang kurang untuk mencapai kepuasan kedua belah pihak.

Masalah disfungsi ereksi bukanlah masalah yang sederhana karena menyangkut berbagai aspek yang luas dari faktor biologik tubuh pria tersebut, faktor psikolgis (jiwaan), faktor pasangan, faktor lingkungan sekitar bahkan sampai faktor sosial budaya.

Ereksi dapat dibagi dalam beberapa fase: fase permulaan dalam keadaan masih lemas (flasid), fase pengisian darah, fase tumesensi (pembesaran), lalu fase ereksi (tegak), dan sampai pada fase rigid (tegak dan keras). Sesudah itu terjadi lagi fase detumensensi (pelemasan kembali).

Proses yang terjadi pada ereksi diawali dengan rangsangan visual, pendengaran, sentuhan dan sebagainya yang kemudian merangsang saraf pada sumsum tulang belakang (saraf otonom). Lalu saraf ini merangsang pembuluh-pembuluh darah arteri penis serta korpus kavernosum penis untuk melebar. Sedangkan saraf merangsang pembuluh-pembuluh darah balik (vena) untuk mengecil sehingga darah terperangkap di dalam penis.

Pada Diabetes

Pada penderita diabetes akan ditemukan fungsi sel dinding pembuluh darah (sel endotel) yang tidak normal. Terjadi penurunan produksi NO (nitric oxide) oleh sel endotel. NO ini berguna untuk menghambat agregasi trombosit dan menghambat adhesi pada dinding pembuluh darah. Karena NO yang dihasilkan rendah maka plak atau kerak dapat mudah timbul.

Penyakit kardiovaskuler dapat terjadi pada penderita diabetes maupun non-penderita, hanya pada penderita diabetes memiliki faktor resiko yang lebih tinggi untuk terkena. Contoh penyakit kardiovaskular yang sering timbul seperti, arterosklerosis, darah tinggi, infark miokard, gagal jantung dan sebagainya.

Diabetes pun biasa diikuti dengan perubahan profil lipid dalam darah (dislipidemia). Bentuk dislipidemia yang timbul seperti peningkatan kadar VLDL, penurunanan HDL, peningkatan LDL, serta peningkatan trigliserida akan juga mempermudah terjadinya plak.

Ketiga hal di atas dapat terjadi baik pada pembuluh darah kecil maupun besar. Jika terjadi pada pembuluh darah besar disebut makroangiopati. Pembuluh darah besar yang terkena bisa diseluruh tubuh yang salah satunya adalah pembuluh darah penis dan korpus kavernosum penis. Jika terjadi pada penis maka akan terjadi hambatan aliran penis. Aliran darah penis yang tidak maksimal, menghasilkan ereksi yang tidak maksimal juga.

Selanjutnya jika terjadi pada pembuluh darah kecil dinamakan mikroangiopati. Tentunya yang akan kena imbasnya adalah organ-organ yang diperdarahinya. Biasanya organ yang diperdarahi bersifat end-arteri dan sensitive terhadap keadaan kurang darah jadi mudah terjadi kerusakan pada oran tersebut. Organ-organ yang biasanya terkena adalah mata (retinopati), ginjal (nefropati), serta saraf (neuropati).

Pada sistem saraf otonom, pembuluh darah sering terkena mikroangiopati adalah pembuluh darah yang memperdarahi pleksus serabut otonom terutama pleksus vesikalis. Pleksus vesikalis ini mensarafi fungsi ereksi penis melalui persarafan simpatik oleh nervus hipogastrik (T10-L2) dan persarafan parasimpatiknya oleh nervus pelvicum (S2-S4).

Jika sistem saraf otonom untuk ereksi penis mengalami gangguan, tentunya impuls seksual dari tingkat yang lebih tinggi (otak) tidak dapat diteruskan secara sempurna kepada penis untuk mengadakan ereksi, maka ereksi pun akan terhambat.

Gangguan pembuluh darah dan saraf pada penderita diabetes akan menimbulkan disfungsi ereksi.

Cegah Sedini Mungkin

Pencegahan adalah lebih baik dari pada pengobatan. Tentunya yang pertama Anda lakukan adalah kendalikan kadar gula Anda. Aturlah pola diet Anda dengan makanan yang rendah kalori dengan disertai olah raga yang teratur. Pengendalian kadar gula Anda mungkin dapat dibantu dengan obat-obat yang sebelumnya telah dikonsultasikan pada dokter Anda. Kemudian memiliki pola hidup yang sehat dengan tidak merokok, tidak minum alkohol, dan menjaga supaya tekanan darah tetap normal.

Mungkin Anda perlu memperbanyak menkonsumsi buah asal New Zealand ini. Penelitian terbaru menyebutkan manfaat buah kiwi dalam pencegahan disfungsi ereksi. Di dalam kiwi terkandung asam amino arginin dan glutamate. Arginin bersifat vasodilator (melebarkan pembuluh darah) yang memperlancar aliran darah ke dalam penis.serta terbukti mampu mengobati gejala impotensi ringan. Selain itu, kiwi juga mengandung mineral esensisal seperti kalium, kalsium, magnesium, seng, tembaga, mangan dan fosfor. Kalium berfungsi menjaga fungsi gerak reflek sistem saraf dan menjaga fungsi otot.

Penelitian terbaru mengatakan bila Anda penderita diabetes terutama tipe insulin-dependence disarankan untuk memeriksa gula darah sebelum dan sesudah melakukan hubungan seks. Tindakan ini dimaksudkan untuk mencegah turunnya kadar gula darah selama melakukan hubungan seks yang banyak memakan energi. Selain itu, penderita juga disarankan untuk makan sebelum dan sesudah hubungan seks dengan motif yang sama.

Jika hal itu terjadi

Namun, bila disfungsi ini datang menghampiri Anda, bersikaplah terbuka dengan pasangan Anda. Mintalah pengertian dari pasangan Anda untuk mengerti dan tidak menuntut terlalu banyak karena faktor psikologis memiliki perananan yang sangat besar dalam penyembuhan disfungsi ereksi.

Selanjutnya, hubungi ahli kesehatan Anda, berbicara secara terbuka dengan dokter agar menemukan akar masalah sebelum melaksanakan tindakan pengobatan. Jika yang mendasarinya faktor psikologis, dokter Anda dapat merujuk Anda ke psikiater atau ahli lain di bidangnya untuk terapi lebih lanjut.

Banyak pilihan pengobatan untuk mengatasi disfungsi ereksi. Pada tahap awal, biasanya dokter akan memulai dengan obat minum yang mudah, efektif serta efek samping dapat ditoleransi dengan baik, seperti pemberian sildenafil (Viagra®), tadalafil (Cialis®), dan vardenafil (Levitra®).

Pilihan pengobatan yang lainnya dengan terapi hormonal atau meninjeksikan obat langsung ke penis. Penggunakan alat vakum yang membuat akumulasi darah dalam penis juga dapat menjadi alternatif pengobatan. Atau dengan tindakan invasive seperti operasi atau pemasangan protese (penis buatan) pada penis.

Jadi, jika Anda telah didiagnosis oleh dokter Anda sebagai penderita diabetes, lakukanlah segera tindakan-tindakan pencegahan sehingga disfungsi ereksi ini tidak menghampiri Anda dalam waktu dini. (PanduDiputra)

Referensi
Brownlee, Michael, et al. Complications of Diabetes Mellitus. Williams Text Book of Endocrinology 10th Ed. Elsevier. 2003.
Cunningham, Glenn R. Erectile Dysfunction. Principles dan Practice of Endocrinology and Metabolism. Lippincott Williams & Wilkins Publishers. 2002.
Mardjono, Mahar, et al. Gangguan Susunan Saraf pada Diabetes Miletus. Neurologi Klinis Dasar. 2004.
McVary, Kevin T. Sexual Dysfunction. Harrison’s Principles of Internal Medicine 16th Ed. McGraw-Hill. 2005.
Powers, Alvin C. Diabetes Mellitus. Harrison’s Principles of Internal Medicine 16th Ed. McGraw-Hill. 2005.
“Cegah Impotensi Dengan Si Seksi Kiwi” www.blogger.com
“Diabetes Mempengaruhi Kehidupan Seks” www.keluargasehat.com
“Disfungsi Ereksi” www.wikipedia.org
“Dulu Impotensi Kini Disfungsi Ereksi” www.kompas.com
“How Does Diabetes Affect Erection Quality?” www.levitra.com
“Impotensi (Disfungsi Ereksi)” www.decock.wordpress.com
“IMPOTENSI, Bagaimana Bisa Terjadi?” www.bkkbn.go.id
“Pria, Waspadai Kesehatan Reproduksi Anda” www.gizi.net
“What Is Erection Quality?” www.levitra.com

Sumber :
http://www.tanyadokteranda.com/artikel/2007/06/kontrol-gula-darah-hindari-impotensi
17 September 2009

Memahami Pengukuran Kadar Gula Darah

Pertanyaan:

As salaamu'alaykum

Sebelumnya terima kasih atas adanya form tanya jawab kesehatan ini.
Pak Dokter, kalau ketika mengukur kadar gula dalam darah itu tertulis angka misalnya 154, itu artinya apa ya? Trus bagaimana hubungan angka tersebut dengan kerja tubuh kita? Terima kasih atas jawabannya, semoga menjadi amal jariyah yang bermanfaat.

Wassalaam,
canti

Jawaban:

Assalamualaykum wr wb

Alhamdulillah wa sholatu wa salam ‘ala Rasulillah SAW.

Terima kasih juga kami ucapkan atas pertanyaan yang telah diberikan

Kesan saya ketika membaca pertanyaan dari ibu Canti adalah menjawabnya tidak sesederhana pertanyaannya. Mengartikan angka 154 yang muncul ketika mengukur kadar gula darah tidak hanya terbatas pada orang tersbut menderita gangguan kadar gula darah atau tidak. Ada aspek lain yang harus dinilai sebelum mengarah kesana. Supaya tidak melakukan salah penilaian, ada baiknya menurut hemat saya kita berpetualang dahulu melusuri hal-hal yang berkaitan dengan ukur-mengukur gula darah ini.

OK, pertama sebelum memulai petualangan penelusuran ini, saya ingin mengatakan bahwa pengujian kadar gula darah pada prinsipnya menerangkan berapa banyak kandungan kadar gula yang terdapat dalam darah yang menjadi bahan pengukuran dengan menggunakan berbagai metode yang masing-masing memiliki standard tersendiri. Ini penting untuk dipahami sebagai modal awal dalam menjawab pertanyaan dari ibu Canti karena pada kenyataannya akan kita temui banyak cara digunakan untuk mengukur kadar gula darah seseorang sehingga kita harus tahu cara mana yang dipakai dan apa gambaran yang diberikan dari hasil yang didapat dari pengukuran tersebut.

Penelusuran dimulai!

WHO, badan kesehatan dunia yang berkewajiban bersama seluruh anggota di dalamnya untuk menetapkan sebuah standard internasional dalam bidang kesehatan, untuk permasalahan gangguan kadar gula darah ini telah menetapkan beberapa standard penting yang dapat dijadikan patokan umum. Kenapa WHO begitu perhatiannya terhadap permasalahan gangguan kadar gula darah ini karena menurut hitung-hitungan ekonomi kesehatan, masalah gangguan kadar gula darah ini bisa menimbulkan dampak yang sangat besar bagi kesejahteraan manusia. Bukan hanya karena gangguan kadar gula darah itu sendiri tetapi lebih utama kepada gangguan kesehatan yang dapat menyertai gangguan kadar gula darah yang ada, baik yang muncul secara langsung artinya dalam waktu yang tidak terlalu lama sejak seseorang dikatakan memiliki gangguan kadar gula darah maupun yang baru muncul belasan atau puluhan tahun kemudian. Aspek lainnya lagi yang mereka khawatirkan dari adanya gangguan kadar gula darah ini adalah keadaan ini tidak dapat disembuhkan...tetapi dapat dikendalikan, asal tahu antisipasinya secara baik.

Membahas masalah ini, WHO telah banyak mengajak para pakar dalam masalah gangguan kadar gula darah dari seluruh bagian dunia. Ini penting karena gangguan kadar gula dalam darah ini dapat mengenai semua orang, semua umur dan semua golongan sehinggga penanganannya memerlukan pendekatan epidemiologis....bahasa gampangnya pendekatan kemasyarakatan. Walaupun langkah ini telah dilaksanakan akan tetapi dalam beberapa bagian tertentu dari para pakar yang bersepakat untuk merumuskan standard tersebut ada juga yang cenderung untuk mengeluarkan standard tersendiri dengan alasan bahwasanya kondisi yang berkembang untuk komunitas mereka sudah tidak sesuai dengan apa yang telah ditetapkan sebagai standard oleh WHO sebelumnya. Hal ini dapat kita lihat pada kebijakan yang diambil oleh ADA (American Diabetes Association) di tahun 2003 dimana mereka mengadakan perubahan standard dan memicu WHO untuk menilai standard yang telah mereka keluarkan sebelumnya. Hal ini terjadi karena memang data ilmiah yang ada menunjukkan telah terjadi pergeseran batas kandungan aman kadar gula darah di masyarakat Amerika. Aman disini maksudnya ya itu tadi...tidak ada potensi munculnya gangguan kesehatan yang sebab utamanya karena gangguan kadar gula darah atau diduga erat berkaitan dengan hal tersebut.

Oh ya...supaya juga tidak membingungkan, disini saya pakai istilah gangguan kadar gula darah karena saya ingin ibu Canti dan para pembaca lain mengetahui bahwa gangguan kadar gula darah tersebut bukan hanya diabetes. Ada kondisi dimana seseorang mengalami gangguan kadar gula dalam darahnya dan dimasukkan dalam kelompok IGT (Impaired Glocose Tolerance=Toleransi Glukosa Terganggu). Ada juga kelompok IFT (Impaired Fasting Glucose=Glukosa Puasa Terganggu). Ini kaitannya erat dengan penilaian gangguan kesehatan apa yang berpotensi muncul di kemudian hari dan juga penatalaksanaannya. Penatalaksanaan disini maksud saya bukan hanya pengobatannya, tetapi lebih mengutamakan rangkaian tindakan yang dapat mempertahankan kondisi sehat dari orang yang mengalami gangguan kadar gula darah secara optimal.

Penelusuran berlanjut !

Apa saja sih yang menjadi ketetapan dari WHO untuk masalah gangguan kadar gula dalam darah ini? Ada beberapa yang dapat kita jadikan pegangan. Indonesia sepengtahuan saya juga memakai patokan yang sama sehingga penatalaksanaan gangguan kadar gula dalam darah di tanah air juga memiliki pola yang tidak jauh berbeda.
Patokan tersebut adalah :
1. Kriteria diagnosis untuk gangguan kadar gula darah. Pada ketetapan terakhir yang dikeluarkan oleh WHO (Dalam petemuan tahun 2005) disepakati bahwa angkanya tidak berubah dari ketetapan sebelumnya yang dikeluarkan pada tahun 1999, yaitu:


KADAR GULA DALAM DARAH (KONDISI)
NORMAL
DIABETES
IGT
IFG
METODE PENGUKURAN
GULA DARAH PUASA
(FASTING GLUCOSE)
<>
<>
> 7.0 mmol/L
> 126 mg/dL
atau
<>
<>L
dan
6.1 < X<>
110 < X<>
dan
GULA DARAH 2 JAM SETELAH MAKAN
(2-h GLUCOSE)
Tidak spesifik. Nilai yang sering dipakai
<>
<>
> 11.1 mmol/L
> 200 mg/dL
7.8 < X <>
140 < X <>
<>
<>
(Jika diukur)
Penting juga untuk ibu Canti ingat ketika berbicara angka untuk memperhatikan satuan yang digunakan. Dalam tabulasi diatas WHO mengeluarkan standard dalam 2 satuan yang sering digunakan yaitu mmol/L dan mg/dL. Perhatikan bahwa terdapat penggunaan kata sambung “atau” dan “dan”. Penggunaan kata sambung ini penting untuk menandakan misalnya bahwa untuk menentukan diabetes dapat dengan menggunakan salah satu dari 2 metode pemeriksaan yang ada dan untuk yang lainnya seperti yang disebutkan dalam tabel.

2. Kadar gula darah normal (Normoglycaemia) dikatakan sebagai suatu kondisi dimana kadar glukosa darah yang ada mempunyi resiko kecil untuk dapat berkembang menjadi diabetes atau menyebabkan munculnya penyakit jantung dan pembuluh darah
3.IGT oleh WHO didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang mempunyai resiko tinggi untuk terjangkit diabetes walaupun ada kasus yang menunjukkan kadar gula darah dapat kembali ke keadaan normal. Seseorang yang kadar gula darahnya termasuk dalam kategori IGT juga mempunyai resiko terkena penyakit jantung dan pembuluh darah yang sering mengiringi penderita diabetes. Kondisi IGT ini menurut para ahli terjadi karena adanya kerusakan dari produksi hormon insulin dan terjadinya kekebalan jaringan otot terhadap insulin yang diproduksi.

4. Batas bawah untuk IFG tidak berubah untuk pengukuran gula darah puasa yaitu 6.1 mmol/L atau 110 mg/dL. IFG sendiri mempunyai kedudukan hampir sama dengan IGT. Bukan entitas penyakit akan tetapi sebuah kondisi dimana tubuh tidak dapat memproduksi insulin secara optimal dan terdapatnya gangguan mekanisme penekanan pengeluaran gula dari hati ke dalam darah.

5. Metode pengukuran kadar gula standard menggunakan bahan plasma darah yang berasal dari pembuluh vena. Plasma darah adalah bagian cair dari darah. Intinya adalah darah yang sudah tidak mengandung bahan-bahan padat lagi seperti sel darah merah hematokrit dan yang lainnya. Pada alat pengukur gula darah portabel yang banyak terdapat di pasaran, metode mendapatkan plasma dari darah dengan melakukan penyaringan darah yang diambil yang dilakukan oleh strip tempat menaruh sediaan darah yang diambil. Pengukuran kadar gula darah sebaiknya dilakukan sesegera mungkin setelah darah diambil dari vena. Pengukuran darah vena dan kapiler pada saat puasa memberikan hasil yang identik pada saat puasa tetapi tidak untuk pengukuran 2 jam setelah makan dimana hasil dari darah kapiler menunjukkan nilai yang lebih tinggi.

6. Ada sebuah metode pemeriksaan kadar gula darah lainnya yang dapat membantu menentukan pengelompokan gangguan kadar gula darah yaitu OGTT (Oral Glucose Tolerance Test = Tes Toleransi Glukosa Oral ). Hal ini penting disebutkan karena :

Tes glukosa darah puasa saja mempunyai nilai kegagalan untuk mendeteksi diabetes yang telah diderita sebelumnya (Tetapi belum diketahui kepastiannya) sebesar 30%
OGTT merupakan metode pengukuran yang dapat mengidentifikasi kondidi IGT secara akurat
OGTT diperlukan untuk memastikan seseorang mengalami gangguan toleransi glukosa yang tidak terdeteksi (dicurigai) dan juga berarti mengeluarkan orang tersebut dari kecurigaan yang ada. Tes OGTT disarankan untuk dilakukan pada seseorang yang memiliki kadar gula puasa 6.1 – 6.9 mmol/L atau 110 – 125 mg/dL untuk menentukan kepastian status toleransi glukosanya.

7. Pemeriksaan HbA1c tidak disarankan sebagai pemeriksaan diagnosis untuk diabetes dan kondisi gangguankadar gula darah lainnya.

WHO juga menggunakan istilah Intermediate Hyperglycaemia untuk menggambarkan kadar gula dalam darah antara normal dan diabetes (IFG dan IGT) karena WHO bermaksud menghilangkan stigma diabetes terhadap orang yang tidak memenuhi kriteria untuk dikatakan memiliki kondisi diabetes dan juga menekankan bahwasanya kondisi Intermediate Glycaemia ini masih dapat kemabli ke kondisi normal.

Penelusuran mendekati akhir !

WHO mendefinisikan diabetes sebagai kondisi dimana terdapat kenaikan kadar gula dalam darah yang berimplikasi menigkatnya faktor resiko terhadap penyakit yang didasari karena kerusakan pembuluh darah kecil dan besar serta berkurangnya kualitas hidup seseorang.

Dari definisi ini, kita dapat mengambil sebuah kesimpulan sederhana bahwa batasan yang dibuat WHO untuk menentukan seseorang diabetes atau tidak mengambil pertimbangan besar kecilnya kemungkinan muncul penyakit pembuluh darah dan jantung dari kondisi kadar gula darah seseorang. Pada kondisi dimana seseorang memiliki kadar gula darah dibawah batas kadar gula darah diabetes maka orang tersebut aman dari kemungkinan faktor resiko yang dapat timbul senadainya kondisi dia berada di dalam wilayah batas diabetes. Proses ini berjalan dinamis. Diantara kondisi normal dan diabetes sendiri terdapat kondisi naiknya kadar gula darah tetapi belum termasuk diabetes yang merupakan kondisi peralihan. Dapat berkembang menjadi diabetes dapat juga tidak tergantung dari penatalaksanaan yang ada.

Akhir Penelusuran : Bagaimana dengan angka 154 dan efeknya bagi tubuh kita?

Dari uraian di atas kita bisa melihat setidaknya gambaran secara umum arti dari angka 154 yang ibu Canti tanyakan. Saya disini tidak dapat memberikan jawaban pasti karena memang saya tidak memiliki data bagaimana angka tersebut didapat, seperti apa metode pengukuran dan alat yang digunakan.

Tetapi saya berharap, dengan patokan standardisasi WHO dijelaskan diatas, insya 4JJI pertanyaan ibu Canti dapat terjawab sebagiannya. Penting untuk diingat juga adalah pengukuran kadar gula darah jangan hanya dilakukan 1 kali dan kemudian tidak ada mekanisme kontrol yang dilakukan. Selalu komunikasikan keadaan kita dengan penyedia layanan kesehatan yang biasa kita gunakan, dalam hal ini dapat berupa dokter keluarga kita atau instansi perawatan yang memang berkompeten untuk melakukan fungsi monitoring. Dalam memakai alat pengukur kadar gula darah portabel juga harus diingat untuk melakukan kalibrasi secara teratur sesuai petunjuk pemakaian. Mekanisme kerja alat dipengaruhi oleh ketepatan kalibrasi yang dilakukan dan juga penggunaan strip yang sesuai dan berkualitas. Dalam kondisi dimana kita tidak yakin terhadap keabsahan hasil dari alat yang kita gunakan disarankan untuk melakukan pemeriksaan darah vena di instansi yang mampu melaksanakannya. Saya berharap semoga 4JJI memberikan rahmat sehat kepada kita semua dan menguatkan kita dalam menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan ini.

Mohon maaf sebelumnya jika penjelasan saya ini tidak banyak membantu karena itu semua semata bersumber dari keterbatasan ilmu yang ada. Segala yang benar datangnya dari 4JJI SWT.

Waalahu’alam bishowab
Wassalamualaykum wr wb
Susatyo JP

Sumber :
17 September 2009

Kontrol gula darah yang baik menghindari komplikasi akibat penyakit kencing manis

Angka kejadian Diabetes Mellitus (DM) kian menunjukkan peningkatan, menurut konsensus para ahli endokrin Indonesia tahun 2002, diperkirakan terdapat kira-kira 7 juta penduduk Indonesia menderita DM pada tahun 2020. Diabetes Mellitus merupakan kelainan metabolik endokrin yang dapat menyerang pada semua kelompok umur dan jenis kelamin, akan tetapi pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa, kelainan ini ada korelasinya dengan perubahan mutasi pada jenis gen tertentu, sehingga sifatnya akan diturunkan pada garis keturunan secara langsung. Beberapa faktor juga dapat memicu timbulnya kelainan ini diantaranya pola makan yang kelebihan karbohidrat, berat badan berlebih, peminum alkohol berat dan lain-lain. Akan tetapi semua faktor di atas dapat dicegah dengan perbaikan gaya hidup.
Penyakit kencing manis atau disebut diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit menahun yang ditandai dengan kadar gula darah melebihi nilai normal (hiperglikemia). Kondisi ini timbul terutama disebabkan adanya gangguan pada metabolisme karbohidrat (gula) di dalam tubuh. Gangguan metabolisme tersebut antara lain disebabkan oleh adanya gangguan fungsi hormon insulin di dalam tubuh. Pada penderita DM, gangguan fungsi hormon insulin, akan menyebabkan pula gangguan pada metabolisme lemak, yang ditandai dengan meningkatnya kadar beberapa zat turunan lemak seperti trigliserida dan kolesterol. Oleh karena itu, kondisi hiperglikemia yang terjadi dalam jangka waktu lama akan menyebabkan perubahan fungsi dan metabolisme tubuh, termasuk metabolisme lemak. Perubahan-perubahan tersebut dapat menyebabkan kerusakan jaringan, dan kerusakan jaringan inilah yang akan menimbulkan komplikasi-komplikasi. Sementara itu komplikasi kronik DM merupakan faktor resiko utama timbulnya penyakit jantung koroner, penyumbatan pembuluh darah, serebro-vaskuler (stroke), gagal ginjal, gangguan penglihatan, dan lain-lain.
Oleh karena itu jika dibiarkan tidak terkendali, DM dapat menimbulkan penyakit atau komplikasi-komplikasi lain yang dapat berakibatfatal. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan trigliserida merupakan faktor resiko independen yang kuat untuk penyakit jantung koroner, dan pada wanita peningkatan trigliserida berkorelasi dengan peningkatan resiko penyakit jantung koroner mencapai 30 persen.
Penderita DM tidak perlu takut karena resiko timbulnya komplikasi diabetik dapat diantisipasi dengan jalanmengontrol dan mengendalikan kadar gula darah dalam jangka panjang. Pengendalian kadar gula darah secara ketat akan memperbaiki pula kadar trigliserida dan kolesterol pada penderita DM sehingga faktor risiko terkena komplikasi DM dapat dikurangi.
Salah satu pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk mengetahui komplikasi lebih dini dan mengontrol kepatuhan berobat penderita DM adalah pemeriksaan kadar HbA1c.
Pemeriksaan laboratorium merupakan bagian penting dalam menanggulangi DM, baik untuk menemukan penyebabnya, diagnosis, pemantauan, maupun deteksi dini adanya komplikasi. Pemeriksaan kadar gula darah di laboratorium yang biasa dilakukan selama ini, umumnya hanya mencerminkan kadar gula darah sesaat, karena hasil pengukuran sangat dipengaruhi oleh faktor makanan, olah raga, emosi, maupun oleh obat-obat yang diminum.
Apa yang dimaksud dengan HbA1C.? Di dalam tubuh kita terdapat sel-sel darah merah yang mengandung hemoglobin, dengan fungsi utama mengikat/menangkap oksigen yang sangat diperlukan tubuh. Dalam keadaan normal, hemoglobin ini dalam kadar tertentu mengikat pula berbagai macam zat lain, salah satunya ialah mengikat glukosa (gula darah). Ikatan antara hemoglobin dengan glukosa ini disebut glikohemoglobin dan diberi kode HbA1C. Glikohemoglobin ini sangat stabil di dalam darah, sehingga pengukuran kadar HbA1C dapat mencerminkan kadar gula di dalam darah. Oleh karena sel-sel darah merah kita memiliki umur kurang lebih tiga bulan (120 hari), maka hasil pengukuran HbA1C dapat mencerminkan kadar gula darah hingga kurang lebih tiga bulan sebelum pemeriksaan.
Sebagai ilustrasi seorang penderita telah didiagnosis DM kira-kira 3 tahun dan telah diberikan pengobatan yang adekuat, namun seberapa patuh atau teraturnya pasien tersebut minum obat, kita tidak dapat mengetahui dengan pasti. Setiap datang kontrol ke dokter selalu membawa hasil pemeriksaan laobatorium (Glukosa darah) yang normal atau sedikit lebih tinggi, hal ini bisa terjadi jika pasien minum obat 2 atau 3 hari sebelum kontrol ke dokter dengan dosis yang teratur, akan tetapi setelah diukur kadar HbA1c, ternyata menunjukkan hasil yang tinggi, hal ini menunjukkan kepatuhan berobat atau minum obat masih rendah. Selain dapat memberikan informasi mengenai kepatuhan berobat penderita DM, juga dapat memprediksi kemungkinan terjadinya komplikasi dan prognosis (dugaan perbaikan). Berapakah nilai rujukan kadar HbA1c?
Berdasarkan hal tersebut, pengukuran kadar HbA1C dapat digunakan sebagai indikator kontrol diabetes yang sangat bagus. Sebagai gambaran kami sampaikan bahwa berdasarkan Konsensus DM Indonesia tahun 1998, nilai HbA1C adalah 4 sampai 5,9 %, menunjukkan pengendalian DM berjalan baik.
Sebagai kesimpulan, peranan pemeriksaan kadar HbA1c penting di dalam mengontrol kepatuhan pengobatan dan memprediksi kemungkinan terjadinya komplikasi berbagai organ pada penderita DM..

Sumber :
Miftahul Arifin, dr,SpPK
17 September 2009

Diet Mediterania, Kendalikan Kadar Gula Darah

Diet rendah karbohidrat ala mediterania sangat efektif bagi para penderita diabetes. Selain mengurangi kadar gula dalam tubuh, diet mediterania juga bisa mengontrol lemak dan kalori dalam tubuh.

Dengan diet ala mediterania, konsumsi obat pengontrol gula pada penderita diabetes juga bisa berkurang. Hal itu menurut penelitian yang dilakukan tim peneliti dari Universitas Naples, Italia.

Penelitian yang dikepalai oleh Dr. Dario Giugliano ini, melibatkan 215 pasien diabetes tipe 2. Para pasien diharuskan melakukan diet mediterania selama empat tahun. Hasilnya, setelah 4 tahun kadar gula 44% pasien berkurang cukup signifikan. Lalu, sebanyak 70% pasien kadar lemaknya juga berkurang.

Pada tahun pertama keadaan para pasien di kontrol oleh para ahli nutrisi setiap bulan. Pada tahun kedua hingga keempat, kontrol dilakukan per dua bulan. Pemeriksaan kesehatan para pasien menunjukkan meningkatnya kadar HDL (kolesterol baik) dalam tubuh.

Diet mediterania ini identik dengan banyak mengonsumsi banyak sayur, buah, gandum dan mengurangi konsumsi daging merah. Proses pemasakan pun diminimalisir, asupan lemak didapatkan hanya dari minyak zaitun dan kacang-kacangan. Lalu, sebisa mungkin hindari makanan-makanan instan.
- 2 September 2009

Sumber :
Petti Lubis, Mutia Nugraheni
17 September 2009

Agar Gula Darah Tetap Rendah

Widi Hidayat, 30 tahun, 10 tahun silam didiagnosis menderita diabetes melitus tipe 1. Sel beta pankreasnya diketahui tidak bisa menghasilkan insulin. Gula darahnya ada di kisaran 500 mg/dL hingga 600 mg/dL. Waktu itu berat badan pria berambut mowhak ini merosot dari 70 kilogram menjadi 50 kilogram. Gejala khasnya berupa rasa haus yang tidak kunjung hilang dan nafsu makan yang begitu besar. Dokter yang menangani Widi menyarankan untuk melakukan injeksi insulin. Dari situ berat badan karyawan Bank Jabar cabang Sumedang ini naik menjadi 60 kilogram di tiga tahun pertama pemakaian insulin.

Ketua Divisi Metabolik dan Endokrin, Departemen Penyakit Dalam, FKUI/RSCM, Profesor Dr dr Sidartawan Soegondo SpPD-KEMD, mengatakan sel beta pankreas pada penderita diabetes melitus tipe 1 memang tidak bekerja sehingga tubuh kekurangan insulin dan harus disuntik. Penyebabnya adalah antibodi yang merusak sel beta itu sendiri. Nah, reaksi antibodi itu bisa diakibatkan oleh serangan virus ataupun genetik. "Meski terjadinya tidak secara langsung," ujar Sidartawan seusai diskusi mengenai diabetes di Restoran Backstage, Taman Impian Jaya Ancol, beberapa waktu lalu.
Berbeda dengan tipe 1, penderita diabetes melitus tipe 2 sebenarnya mampu menghasilkan insulin, cuma tidak optimal. Malah pada banyak kasus pankreas pada diabetes tipe 2 menghasilkan insulin di atas normal. Dalam beberapa literatur diketahui bahwa dari semua penderita diabetes, hampir di atas 90 persen adalah penderita diabetes tipe 2. Mereka banyak berasal dari usia produktif. Sekitar usia 45 sampai 65 tahun. Angka kejadian meningkat bersama meningkatnya usia--meski tetap dijumpai ada pada usia belasan. Yang jelas, Sidartawan menegaskan, penyakit ini tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dikontrol dengan mengatur kadar gula dalam darah.
Panduan Federasi Diabetes Internasional (IDF) tentang pengelolaan gula darah sesudah makan merekomendasi pasien diabetes untuk menjaga kadar gulanya tidak lebih dari 140 mg/dL pada dua jam sesudah makan. Patokan ini dipublikasi pertama kali pada September 2007 di Amsterdam, Belanda. Rekomendasi ini lebih kecil dibanding patokan sebelumnya, yang di batas 200 mg/dL. Panduan IDF ini menekankan pentingnya menjaga gula darah sesudah makan agar terhindar dari risiko komplikasi diabetes.
Hal ini sekaligus mengubah paradigma lama dalam pengelolaan diabetes yang lebih berfokus pada pengendalian gula darah sebelum makan. Pada kenyataannya, mayoritas penderita diabetes menganggap naiknya gula darah sesudah makan merupakan hal yang lumrah. Sekalipun angkanya melewati batas normal. Hasil riset, pria kelahiran 14 Agustus ini memaparkan, sebanyak 84 persen penderita diabetes tipe 2 mengalami kenaikan gula darah sesudah makan di atas normal.
Diketahui, tingginya gula darah sesudah makan bakal memicu produksi radikal bebas dalam jumlah besar, di antaranya reactive oxygen species (ROS). Yang bisa menimbulkan oxidative stress. Pembentukan oxidative stress ini dapat menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah yang merupakan tahapan awal dari kerusakan vaskuler. Menurut Sidartawan, komplikasi diabetes terjadi pada semua organ dalam tubuh yang dialiri pembuluh darah kecil dan besar dengan penyebab kematian 50 persen akibat penyakit jantung koroner dan 30 persen akibat gagal ginjal. "Selain kematian, DM juga menyebabkan kecatatan," ucapnya.
Lebih lanjut, pria kelahiran Amsterdam itu menyebutkan bahwa sebanyak 10 persen penderita diabetes harus menjalani amputasi tungkai kakinya. Hal itu menurut dia bisa karena adanya kelainan saraf otonom yang mengganggu produksi keringat sehingga kaki menjadi tidak berkeringat. Kaki menjadi tidak lembap dan kering. Hingga akhirnya menyebabkan kaki menjadi pecah-pecah.
Di saat yang sama, penderita diabetes kehilangan kemampuan merasakan sakit-saraf sensorik yang tidak bekerja. "Kaki dimasuki kotoran, daya tahan kurang, sarafnya tidak berasa. Menginjak paku, ya, jalan terus," Sidartawan bercerita. Nah, luka tersebut menjadi awal terjadi infeksi, yang kemudian memasuki jaringan lebih dalam kaki sehingga membutuhkan tindakan amputasi sebagai jalan keluar.
Melihat bahayanya komplikasi itu, diperlukan kontrol gula darah secara mandiri dari si penderita. Bisa dengan menggunakan alat monitor gula darah sebagai metode untuk mengetahui level gula darah mereka. Tentunya dikombinasi dengan penerapan gaya hidup sehat dan rajin konsultasi dengan dokter. Pemantauan gula darah ini dinilai akan mendidik pasien mengatur sendiri pola makannya dan memancing mereka melakukan aktivitas positif demi nilai gula darahnya.
Hal itu sejalan dengan hasil studi yang dilakukan Dr Ane C. Dale dari Universitas Ilmu dan Teknologi Norwegia di Trondheim belum lama ini. Dale dan timnya mendapati risiko kematian akibat serangan jantung empat kali lebih besar pada peserta yang jarang mengecek gula darah ketimbang grup lain yang mengontrol kadar gula darah secara teratur. "Kontrol gula yang baik mengurangi risiko komplikasi koroner pada pasien dengan diabetes," Dale dan timnya menyimpulkan, seperti dikutipReuter.
Sidartawan dalam presentasinya menyebut, pasien diabetes di Sulawesi Barat mencapai 17 persen sedang Papua Barat mencapai 21 persen dari jumlah populasi penduduknya. "Diperkirakan pada 2025 ada sekitar 333 juta orang menderita diabetes," katanya.

Mengontrol gula darah:
1. Kendalikan berat badan
2. Kurangi konsumsi cemilan dan minuman kaya gula
3. Kurangi asupan karbohidrat
4. Konsumsi banyak sayur dan buah
5. Beraktivitas fisik secara reguler
6. Cek kadar gula secara rutin
7. Konsisten patuhi saran dokter

- 21 Juli 2009

Sumber :
HERU TRIYONO
http://www.tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2009/07/21/brk,20090721-188151,id.html
17 September 2009

Puasa Turunkan Gula Darah

INTI puasa adalah pengendalian diri, terutama mengendalikan nafsu. Jika puasa dilakukan dengan benar, badan akan sehat. Dari sudut pandang ilmu gizi, puasa merupakan metode diet yang sempurna.
Penderita diabetes (kencing manis) secara umum digolongkan menjadi dua, yakni yang tergantung Insulin (IDDM) dan yang tidak tergantung insulin (NIDDM).
Penderita diabetes yang menjalankan puasa sebaiknya konsultasi dulu dengan dokter atau ahli gizi. Sebab, bila kadar gula darahnya tidak terkendali dapat membahayakan.
Penderita kencing manis aman berpuasa jika kadar gulanya kurang dari 200 mg/dl dan mendapat obat tablet yang diminum. Jika disuntik insulin, maka dosisnya kurang dari 40 unit/hari dengan satu suntik/hari.
Apabila secara medis dinyatakan aman, puasa yang dilaksanakan dengan benar, akan memperoleh hasil yang memuaskan dari sisi fisik dan mental.
Puasa dapat membantu kontrol gula darah menjadi lebih baik dan menurunkan kadar trigliserida, yaitu sejenis lemak dalam tubuh. Puasa juga menurunkan kadar fruktosamin dalam darah, sehingga kadar glukosa darah lebih terkendali.
(drt)
- 13 September 2009

Sumber :
http://www.banjarmasinpost.co.id/rubrik/ramadan/read/artikel/22027/puasa-turunkan-gula-darah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar